Beritain

DPRD Jabar Dorong Percepat Vaksinasi PMK pada Hewan Ternak

beritain.id  – Meskipun kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di Jawa Barat (Jabar) sudah terkendali, namun pemberian vaksin kepada hewan ternak masih harus terus dilakukan.

Untuk itu, DPRD privinsi Jabar mendorong Pemprov Jabar, mempercepat vaksinasi kepada hewan yang terindikasi terpapar PMK.

“Masyarakat jangan terlalu panik, intinya biasakan memberi vaksin kepada hewan ternak yang baru datang,” kata Anggota DPRD prov. Jabar dari Fraksi Partai Demokrat Hendar Darsono belum lama ini.

Dijelaskan Hendar, PMK tidak menular kepada manusia, namun tetap harus dihindari. Cara mencegahnya, antara lain dengan vaksin dan pemberian vitamin pada hewan ternak.

“Makanya saya dorong Percepat Vaksinasi kepada hewan yang baru datang dari luar daerah, masuk ke Jawa Barat, “ tandasnya.

Guna mencegah penyebaran PMK lebih luas di Jawa barat seperti beberapa bulan yang lalu, Hendar mengusulkan pengawasan dan pencegahan lalu lintas pengiriman hewan di perbatasan secara rutin.

Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tidak khawatir terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan kurban.

Laman: 1 2

Ricky Kurniawan Apresiasi Pelaksanaan vaksin PMK di Kabupaten Bogor

beritain.id   – Ketua Fraksi Partai Gerindra Persatuan DPRD Jabar, H. Ricky Kurniawan, mengapresiasi pelaksanaan vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di kabupaten Bogor.

Berdasarkan laporan yang ia terima dari Pemerintah Kabupaten Bogor, penyuntikan vaksin PMK di daerah ini telah dilakukan pada 4.081 ekor ternak.

“Realisasi vaksin PMK (di kabupaten Bogor) itu, layak diapresiasi, ” kata H. Ricky Kurniawan di Bogor, Rabu (2/11/2022).

Menurut Ricky, program vaksinasi PMK harus dilanjutkan, agar tak ada lagi kasus PMK baru di wilayah Kabupaten Bogor khususnya dan di Jawa Barat umumnya.

Ricky menyebut usaha ternak di kabupaten Bogor sudah lama berkembang, baik ternak sapi maupun domba dan kambing.

Karena itu, layanan vaksinasi PMK tidak terbatas pada sapi saja, namun juga pada domba dan kambing.

Bersamaan dengan pelaksanaan vaksin PMK, Ricky menyatakan perlu ada evaluasi yang komprehensif atas kondisi PMK di wilayah Bogor.

Pasalnya, dengan evaluasi yang komprehensif akan diketahui penanganan lain agar PMK bisa nol kasus.

“Opsi penanganan bisa saja dengan optimalisasi pengawasan lalu lintas hewan ternak, terutama yang didatangkan dari luar Kabupaten Bogor, ” pangkasnya.

Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tidak khawatir terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan kurban.

Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– memastikan penanganan terhadap infeksi virus PMK di Jabar dilakukan dengan maksimal. Salah satunya dengan mempercepat vaksinasi.

“Masyarakat Jabar tetap tenang, penanganan PMK hewan di Jabar tertangani dengan baik menjelang Iduladha bulan depan, jangan khawatir,” kata Kang Emil.

Laman: 1 2

Antisipasi PMK, Bantuan Vitamin Harus Direalisasikan

beritain.id  – Wakil Ketua Komisi II DPRD provinsi Jawa Barat (Jabar) Lina Ruslinawati berharap, bantuan vitamin untuk hewan ternak segera direalisasikan.

Dengan pemberian vitamin, politisi partai Gerindra Daerah Pemilihan (dapil) 5
Kabupaten Sukabumi & Kota Sukabumi berharap, ternak menjadi lebih sehat dan tidak ada lagi kasus Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sempat menyerang sejumlah hewan ternak di daerah ini.

PMK , jelas Lina memang berbahaya untuk hewan ternak memamah biak seperti domba, kambing, sapi, kerbau maupun unta karena bisa menyebabkan kematian, tetapi penyakit ini tidak menyerang manusia.

Meskipun demikian, masyarakat khususnya peternak atau pelaku usaha yang bergerak di bidang peternakan, harus tetap waspada.

“Pelaku peternak kami imbau melakukan pencegahan secara maksimal, karena PMK cepat menyebar menginfeksi hewan ternak. Jika dibiarkan akan mengganggu populasi ternak, ” ujar Lina.

Lina mengingtakan, jika populasi ternak terus berkurang, kondisi perekonomian akan terganggu.

Berdasarkan laporan yang ia terima, sejak Mei 2022 di Kota Sukabumi telah dilaksanakan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran PMK.

Salah satunya dengan cara menerjunkan dokter hewan untuk terlibat langsung dalam pengawasan perdagangan hewan ternak dan aktivitas peternakan.

“Pencegahan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi merupakan tugas utama dari para peternak agar PMK tidak menyebar.

Cara yang paling efektif adalah selalu menjaga kebersihan kandang secara rutin, menyemprot kandang dengan desinfektan, memberikan pangan yang bergizi dan asupan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh hewan ternak,”

Laman: 1 2

Ternak Terjangkit PMK Diusulkan Untuk Dimusnahkan

beritain.id   – Tingkat kematian hewan ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK), sangat rendah tapi tinggi pada anak ternak. Namun, kecepatan penyebarannya, sangat berbahaya.

Hal itu diungkapkan Rochadi Tawaf dari Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Prov Jawa Barat, pada acara Jabar Punya Informasi (Japri) di gedung Sate kota Bandung belum lama ini.

Rochadi mengingatkan bila hewan ternak tidak dijaga dari paparan penyakit infeksi yang menyerang kuku dan mulut itu, maka produktivitas hewan tersebut akan rendah walaupun sudah sembuh.

“Jawa Barat kan provinsi konsumen, hanya memiliki sedikit kemampuan untuk memproduksi daging dan susu. Jadi, ternaknya harus dijaga,” ujar dia.

Menurut Rochady, yang dikhawatirkan dari penyakit PMK adalah pada sapi perah, karena ternak ini dipelihara untuk jangka waktu yang panjang.

Walaupun sudah sembuh dari PMK, kata Rochady produksi susunya akan turun sampai 25 persen.

Padahal, Jawa Barat sedang berupaya untuk kembali menjadi juara produk susu di tingkat nasional.

“Dengan kembali mewabahnya penyakit infeksi PMK, jadi kendala dalam meningkatkan produk susu Jawa Barat,” ungkapnya.

Sementara untuk sapi potong, Rochadi mengusulkan ternak yang mengidap PMK dimusnahkan Atau Stamping Out seperti yang dilakukan oleh beberapa negara.

Laman: 1 2

PMK Sangat Berpengaruh Terhadap Produksi Susu Sapi Perah

beritain.id  – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan, Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang menyerang sapi perah, sangat berpengaruh terhadap produksi susu sapi tersebut

Menurutnya, infeksi yang menyerang kuku dan mulut sapi perah, sangat berpengaruh terhadap produksi susu.

“Kalau ada satu sapi perah terkena PMK, produksinya bisa turun sampai 80 persen. Jadi sangat memengaruhi suplai susu di Jabar yang kita butuhkan sehari-hari,” ujar Ridwan Kamil kepada awak media.

Sementara itu Kepala Dinas Ketahanan dan Peternakan (DKPP) Jabar, Arifin Soedjana menyatakan, sebelum adanya wabah PMK, produksi susu Jabar mencapai 340 ton dalam sehari.

Namun akibat wabah PMK, produksi susu turun 40 ton dalam sehari dari total 76 ribu ekor sapi perah yang ada di Jabar.

“Produksi susu kita turun sekitar 40 ton per hari. Produksi satu hari itu sekitar 300 ton,” kata Arifin.

Arifin mengungkapkan
kasus PMK di Jabar belum berahir. Upaya penyembuhan terhadap hewan ternak yang terpapar PMK, terus dilakukan dengan memberikan tambahan vaksinasi, vitamin, dan lainnya.

“Memberikan tambahan vitamin, obat dan vaksinasi sehingga produksi dari sapi perah ini bisa segera pulih. Jadi recovery-nya memang agak lumayan untuk sapi perah ini, perlu waktu,” pungkasnya.

Laman: 1 2

Jabar Percepat Vaksinasi PMK Hewan Ternak

beritain.id  – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tidak khawatir, terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.

Penanganan terhadap infeksi virus PMK di Jabar, tegas Gubernur dilakukan dengan maksimal. Salah satunya dengan mempercepat vaksinasi.

“Masyarakat Jabar tetap tenang, penanganan PMK hewan di Jabar tertangani dengan baik, jangan khawatir,” katanya usai meninjau vaksinasi PMK di Sumedang.

 

Laman: 1 2

Jabar Dapat Tambahan 119.000 Dosis Vaksin PMK

beritain.id  – Provinsi Jawa Barat (Jabar) mendapat tambahan dosis vaksin untuk mencegah penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) dari Kementerian Pertanian sebanyak 119.000 dosis.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar M Arifin Soedjayana mengatakan, sebelumnya Jabar sudah mendapatkan 1.600 dosis vaksin dan telah didistribusikan ke kabupaten/ kota di Jabar.

“Sudah di perjalanan malah mungkin sudah datang 119.000 dosis vaksin. Jadi bakal ada 120.000 dosis vaksin PMK di Jabar. Selanjutnya kami akan berkoordinasi dengan kabupaten/kota, untuk didistribusikan mulai besok agar mereka langsung melakukan vaksinasi,” ujar Arifin di gedung Sate kota Bandung.

Menurut Arifin, dengan keterbatasan jumlah vaksin yang didapat, pihaknya akan memprioritaskan distribusi vaksin ke sentra-sentra sapi perah di Jabar. Itu karena PMK sangat memengaruhi produktivitas sapi perah.

Laman: 1 2

Petugas Vaksinasi PMK Hewan Ternak di Jabar Cukup Memadai

beritain.id  – Petugas vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) di Provinsi Jawa Barat (Jabar), sangat memadai.

Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar, ada 917 petugas vaksinasi yang terdiri dari medik veteriner, paramedik veteriner, dan inseminator.

Menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) PMK Jabar Supriyanto, jumlah tersebut sudah cukup untuk pelaksanaan vaksinasi PMK di Jabar.

Hanya, kata Supriyanto, perlu mobilisasi petugas ke kabupaten/kota. Tujuannya, agar petugas vaksinasi PMK di kabupaten/kota di Jabar merata.

“Dokter Hewan yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dan sarjana Peternakan yang tergabung dalam Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), sudah menyatakan kesiapannya untuk membantu dalam pelaksanaan vaksinasi PMK di Jabar, ” ucap Supriyanto di Kabupaten Pangandaran, baru-baru ini.

Pemda Provinsi Jabar kata Supriyanto, juga memiliki fasilitas penyimpanan vaksin PMK berkapasitas 200.000 sampai 250.000 dosis. Selain penyimpanan, alat vaksinasi PMK lainnya, seperti jarum suntik, tergolong memadai.

“Dari sarana, insyaallah sudah cukup. Vaksin dari pemerintah pusat sudah kita sebar ke kabupaten/kota. Namun kendalanya, ada beberapa wilayah yang laju infeksinya tinggi. Itu membuat petugas kesulitan mendapatkan hewan ternak yang sehat. Itu yang menjadi kendala,” ucapnya.

“Vaksin itu hanya diberikan kepada ternak yang sehat. Ketentuannya gini, vaksin kalau misalnya di kandang ada yang sakit, tidak akan dikasih. Karena sudah bisa dikatakan tertular. Kalau sudah terinfeksi, kekebalan bisa bertahan setahun atau dua tahun,” imbuhnya.

Selain itu, Supriyanto pun melaporkan bahwa Pemda Provinsi Jabar, mengikuti petunjuk pemerintah pusat dalam memvaksin PMK. Salah satunya, kriteria hewan ternak yang menjadi target prioritas vaksinasi.

Laman: 1 2

Legislator ini Sampaikan Kiat Memberantas PMK Pada Ternak

beritain.id  – Wakil Ketua Komisi IV DPR. RI Dedi Mulyadi, menyampaikan kiat mencegah penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

PMK adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular.

Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah dan rusa.

Politisi senior partai Golkar ini menyampaikan cara memberantas PMK,
yakni dengan melakukan trik pembelian sapi yang terkena PMK.

Menurutnya, langkah cepat dalam mengatasi masalah sapi yang terkena PMK, ialah dengan membeli sapi-sapi dari peternak, kemudian dimusnahkan.

“Jadi sebaiknya Kementerian Pertanian membeli sapi yang terkena penyakit PMK. Nah, sapi yang telah dibeli itu, lalu dimusnahkan,” ujar anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar Dapil Jabar VII tersebut belum lama ini.

Dedi menyampaikan usulan tersebut, karena vaksin dalam negeri untuk penangan PMK baru dalam proses, sementara sapi yang sudah terkena PMK semakin banyak.

Selain itu juga diragukan tingkat kedisiplinan dari peternak, untuk tidak menjual sapi yang terkena PMK itu ke luar daerah.

“Siapa yang bisa menjamin dan mengawasi sapi dari Jatim yang terkena PMK, tidak dijual ke wilayah Jabar atau wilayah lainnya. Padahal penyakit PMK sangat cepat penyebarannya,” kata Dedi.

Laman: 1 2

Pasca Wabah PMK, Pengadaan Bibit Sapi Perah Perlu Segera Direalisasikan

beritain.id – Populasi sapi perah di Pangalengan Kabupaten Bandung, saat ini mengalami penurunan.

Wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK), ditengarai menjadi penyebab penurunan populasi sapi perah di daerah ini, karena banyak sapi perah yang sakit dan mati terinfeksi virus PMK.

Menurut Anggota Komisi II DPRD provinsi Jawa Barat Dadang Kurniawan,
dari laporan yang ia terima populasi sapi perah di Pangalengan Kabupaten Bandung, semula mencapai 26.000 ekor, kini jumlahnya tinggal 3.000 ekor.

“Dengan kondisi ini Pemerintah baik daerah maupun Pusat, harus segera merealisasikan pembibitan sapi perah, ” ujar anggota Fraksi Gerindra Persatuan DPRD Jabar Daerah Pemilihan Kabupaten Bamdung tersebut,
di Bandung Selasa (1/11/2022).

Menurut Dadang Kurniawan, keadaan ini tidak boleh dibiarkan, karena sapi perah memberikan kontribusi pada peningkatan produksi pangan, yaitu komponen susu.

Bahkan, susu dari Pangalengan Kabupaten Bandung, juga digunakan untuk bahan baku produksi susu olahan.

Dengan demikian pengurangan populasi sapi perah, harus dicarikan solusi dengan penambahan bibit.

Ia berharap, dengan dukungan APBD Provinsi Jabar, saatnya memperkuat pembibitan sapi perah.

Laman: 1 2

Arifin : Jabar Dapat Tambahan 119.000 Dosis Vaksin PMK

beritain.id  – Provinsi Jawa Barat (Jabar) mendapat tambahan dosis vaksin untuk mencegah penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) dari Kementerian Pertanian sebanyak 119.000 dosis.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar M Arifin Soedjayana mengatakan, sebelumnya Jabar sudah mendapatkan 1.600 dosis vaksin dan telah didistribusikan ke kabupaten/ kota di Jabar.

“Sudah di perjalanan malah mungkin sudah datang 119.000 dosis vaksin. Jadi bakal ada 120.000 dosis vaksin PMK di Jabar. Selanjutnya kami akan berkoordinasi dengan kabupaten/kota, untuk didistribusikan mulai besok agar mereka langsung melakukan vaksinasi,” ujar Arifin di gedung Sate kota Bandung.

Menurut Arifin, dengan keterbatasan jumlah vaksin yang didapat, pihaknya akan memprioritaskan distribusi vaksin ke sentra-sentra sapi perah di Jabar. Itu karena PMK sangat memengaruhi produktivitas sapi perah.

Adapun sentra-sentra sapi perah di Jabar, di antaranya Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Bogor.

Dalam iSIKHNAS, kata Arifin, data sapi yang telah tervaksin akan terlihat di dashboard, berdasarkan nomor induk kependudukan pemilik sapi tersebut.

“Nah itu yang sentra-sentra sapi perah di Jabar yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Kita juga menggandeng mereka untuk pelaksanaan vaksinnya, karena harus langsung di-upload ke sistem informasi kesehatan hewan nasional (iSIKHNAS),” ucap Arifin.

Laman: 1 2

Vaksin PMK terbatas, KPBS perlu bantuan pasokan    

beritain.id   – Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan Kabupaten Bandung, berharap adanya campur tangan pemerintah untuk
memgatasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sapi peternak yang menjadi anggota koperasi.

Akibat merebaknya wabah PMK banyak anggota KPBS yang mengalami kerugian karena produksi susu sapinya menyusut sangat jauh. Disamping itu hewan peliharannya banyak yang mati dan para peternak banyak yang menganggur.

Hal ini dikatakan Anggota DPRD provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Golkar Dapil Kabupaten Bandung Dr.Hj.Cucu Sugyati.

Cucu Sugyati menuturkan, akibat menurunnya produksi susu sapi di KPBS, sejumlah karyawan terpaksa di PHK.

“Harus ada campur tangan Pemerintah. Keberadaan KPBS ini harus dibantu, karena berkaitan dengan peternak dan masyarakat yang memang kehidupannya pada sektor Peternakan, ” ujarnya di Bandung belum lama ini.

Menurut politisi partai Golkar tersebut, banyak masyarakat yang memelihara ternak, sehingga pada saat wabah PMK menyebar mereka kehilangan pekerjaan.

Komisi II DPRD Jawa Barat, dikatakannya akan terus mendorong Pemerintah, untuk membantu bukan hanya KPBS saja, tetapi seluruh kegiatan Peternakan yang terdampak PMK .

“Pusat sedang mengupayakan untuk membantu KPBS dan para peternak Sapi,” pungkasnya.

Laman: 1 2

Awas !!!, Jangan biarkan daging sehat tercampur daging PMK

beritain.id  – Daging dan jeroan dari ternak terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) yang dipotong, harus dipisahkan untuk menghindari penyebaran virus dan bakteri.

Kepala Bidang Keamanan Pangan DKPP Kota Bandung, drh. Ermariah menjelaskan, alasan dipisahkannya daging dengan jeroan karena sumber penyakit ada pada jeroan.

“Kalau kita periksa sumber-sumber penyakit, justru ada di jeroan. Sebab jeroan itu lebih banyak mengandung bakteri dan virus,” jelas Erma.

Selain itu, parasit seperti cacing pun ada pada jeroan. Namun, menurutnya jika daging itu cenderung relatif lebih aman dari virus, bakteri dan parasit.

Erma juga menyebutkan, waktu paling lama daging disimpan dalam pendingin bersuhu 0-4 derajat celcius sekitar 24-36 jam.

“Kalau freezer kita bagus di bawah 20 derajat celcius, daging bisa bertahan sampai satu tahun. Tapi, kulkas kita sering dibuka tutup, jadi suhunya tidak bisa maksimal. Kalau seperti itu, biasanya daya simpannya hanya bisa sampai enam bulan,” paparnya.

Sedangkan, dalam pengolahannya, ia menerangkan, daging dan jeroan harus dimasak sampai 30 menit. Jika ingin dibakar atau diasap, harus sampai kondisi matang, jangan hanya medium rare.

“Sehingga bakteri-bakteri dan virus pun bisa mati. Intinya daging itu harus matang dengan sempurna, terutama untuk daging yang sudah terindikasi penyakit mulut dan kuku (PMK),” imbuhnya.

Laman: 1 2