PDI Perjuangan

Tjahjo Kumolo Berpulang, Ono Surono: PDI Perjuangan Kehilangan Kader Terbaiknya

beritain.id – Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono turut berbelasungkawa atas berpulangnya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia (PAN-RB) Tjahjo Kumolo, Jumat (1/7/2022).

Tjahjo yang merupakan politisi senior PDI Perjuangan ini berpulang hari ini di RS Abdi Waluyu sekira pukul 11.10 karena sakit.

“Atas nama pribadi dan PDI Perjuangan Jawa Barat saya berbelasungkawa atas berpulangnya Pak Tjahjo. Bukan hanya PDI Perjuangan yang merasa kehilangan tapi juga bangsa dan negara ini,” kata Ono pada saat di Sekretariat PDIP Jabar jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung.

Ono mengungkapkan, Almarhum semasa hidupnya sebagai sosok yang baik dan tekun bekerja demi kesejahteraan rakyat. Kontribusinya sangat terasa bagi rakyat Indonesia.

“Saya mengenal Pak Tjahjo sebagai orang yang baik dan beliau adalah kader PDI Perjuangan yang telah berkontribusi untuk negara dan bangsa. Insha Allah kenangan bersama beliau tetap hidup dalam hati kami dan juga rakyat Indonesia. Semoga husnul khotimah,” tuturnya.

“Sebagai kader PDI Perjuangan, beliau juga sangat profesional dalam menjalankan tugasnya di Pemerintahan. Seperti kita tahu saat jadi Mendagri dan terakhir Menpan RB, beliau dengan baik bekerja,” tambah Ono.

Laman: 1 2

Sekjen PDIP: Kekuatan Anak Muda Adalah Ide dan Gagasan

Jakarta (17/03) – Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mendorong anak-anak muda Indonesia untuk tidak ragu bergerak sesuai ide dan gagasannya sendiri yang diambil dari Trilogi Perjuangan Proklamator RI Soekarno, maka ide bisa menjadi kenyataan.

“Kekuatan anak-anak muda adalah ide dan gagasan,” kata Hasto saat memberi pengarahan dalam pelantikan pengurus pusat Banteng Muda Indonesia (BMI) di Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Untuk bisa memahaminya, Hasto lalu mengajak para anak muda untuk belajar pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Hasto menjelaskan Bung Karno pernah menyampaikan teori perjuangan yang disampaikan pada tahun 1923. Saat itu Bung Karno mengemukaan Nationale Geest (Roh dan Semangat Nasional), Nationale Wil (Kemauan Nasional) dan Nationale Daad (Perbuatan Nasional).

Dalam konteks itu, maka anak-anak muda bisa memulai dengan sebuah ide dan gagasan. Inilah titik awal yang menjadi semangat untuk bergerak.

“Ide didapatkan dari imajinasi yang menciptakan spirit atau semangat. Spirit menciptakan tekad, dan tekad menciptakan tindakan,” kata Hasto.

Dia lalu menceritakan bahwa di tahun 1930-an, Bung Karno sudah memiliki ide dan visi bahwa Indonesia merdeka akan terjadi pada saat Pasifik membara. Pada saat itu, ide Bung Karno itu dianggap tak masuk akal. Sebab Indonesia saat itu terjajah, rakyatnya miskin, dan tak punya sumber daya sendiri. Mayoritas dikuasai oleh penguasa kolonial.

Namun, Bung Karno menjadikan ide itu sebagai sebuah spirit dan kemudian menjadi tindakan. Ide itu dibahasakan dengan budi bahasa rakyat sehingga merasuk ke pemikiran dan hati rakyat.

“Dan akhirnya semua bergerak bersama. Terbukti pada tahun 1945 Indonesia merdeka saat Pasifik membara,” kata Hasto.

Contoh lainnya adalah ketika Bung Karno menggagas pembebasan Irian Barat. Saat itu, Bung Karno memiliki ide bahwa jika Irian Barat tak menjadi bagian dari RI dan tetap di bawah kekuasaan Penjajah.

“Bung Karno mengatakan Irian Barat bagaikan pisau belakang kolonialisme dan setiap saat kita bisa ditusuk oleh Belanda. Atas dasar hal twb, sesuai kajian historis dan geopolitik maka Irian Barat memang satu kesatuan national staat, satu kesatuan kebangsaan Indonesia,” kata Hasto.

Laman: 1 2