Menurut Sekretaris Umum Majelis Wilayah (MW) Forhati Sulawesi Tenggara, Ayu Milawarti, kericuhan itu terjadi akibat perdebatan metode pemilihan.
“Kejadiannya itu sekitar pukul 00.30 WITA, telah terjadi perdebatan tentang pemilihan. Ada dua opsi, ada e-voting ada juga konvensional,” ungkapnya, Minggu (27/11).
Kata Ayu, dari dua opsi itu, yang memiliki suara terbanyak adalah pemilihan secara konvensional. Hal itu dikarenakan panitia yang terkesan kurang siap dalam hal persiapan.
“Karena mereka melihat kesiapan panitia terkait id card saja masih banyak yang belum dapat, bahkan sampai kegiatan sudah berjalan saja belum dapat, apalagi mau malanjutkan dengan metode pemilihan e-voting,” jelasnya.Ayu mengatakan, keraguan dari peserta sendiri adalah jaminan tentang pemilihan secara e-voting tidak ada intervensi.

Baca juga:  Perahu Kemanusiaan Persembahan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

“Panitia bisa memastikan bahwa pemilihan itu terjamin kerahasiaan, tidak diketahui kan ketika peserta memilih,” ujarnya.
Ayu melihat, Stering Commite terkesan memaksakan harus secara evoting tidak ada intervensi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *