
beritain.id – Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pengda Jawa Barat menggelar Jambore jurnalis TV yang dihadiri oleh seluruh korda IJTI di Jawa Barat. Jambore dilaksanakan selama dua hari yakni pada 25-26 November 2022 di Hijo Forest, Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Jambore ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan utama yakni melakukan aksi sosial bertajuk jejak kemanusiaan, menggelar seminar tentang kebencanaan dan penyakit mulut kaki (PMK) hingga diskusi antar jurnalis untuk membahas program kerja IJTI kedepan.
Jambore diawali dengan melakukan aksi sosial jejak kemanusiaan yang menyambangi seorang penderita Hidrosefalus di kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Menggandeng Jabar Quick Response (JQR), IJTI memberikan bantuan berupa perlengkapan sehari seperti popok hingga bubur bayi.
Kegiatan dilanjut dengan mendatangi sebuah rumah tidak layak huni di Desa Tenjolayar, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung. Disana terdapat keluarga yang tinggal di sebuah rumah yang kondisinya sudah sangat memprihatikan.
IJTI berkolaborasi dengan JQR untuk memberikan bantuan tunai senilai Rp 20 juta. Bantuan tersebut nantinya akan digunakan untuk merenovasi rumah keluarga tersebut agar lebih layak ditempati.
Acara inti Jambore sendiri yang digelar di Hejo Forest, Ciwidey, dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum yang mewakili Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Setelah dibuka oleh Uu Ruzhanul Ulum, Jambore dilanjut dengan seminar tentang kebencanaan. Dalam seminar ini, yang menjadi narasumber yakni perwakilan BPBD Kabupaten Bandung Abdurrahman dan Direktur Rumah Sakit Unggul Karsa Medika Dr Theresia Monica Rahardjo.
Para pewarta televisi diberi pemahaman soal langkah awal yang mesti dilakukan ketika terjadi bencana serta apa yang mesti disiapkan oleh jurnalis ketika ingin meliput peristiwa bencana. Selain itu ada juga materi soal upaya pemberian trauma healing bagi para korban bencana.
Direktur Rumah Sakit Unggul Karsa Medika Dr Theresia Monica Rahardjo mengatakan, penanganan trauma healing bagi korban bencana dilakukan berbeda untuk anak-anak dan orang dewasa.
“Orang tua beda dengan anak, anak lebih fleksibel karena meski terdampak trauma kalau melakukan perlakuan dengan benar recovery nya cepat. Salah satu sukanya main, dia itu mudah teralihkan,” kata wanita yang akrab disapa Dokmo ini.
Selain soal kebencanaan, Jambore juga diisi oleh seminar mengenai penyakit mulut kaki (PMK) yang sempat melanda Jabar.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner drh. Supriyanto menuturkan, jurnalis harus paham soal penyakit tersebut agar informasi yang disampaikan ke masyarakat bisa tepat.
“Tingkat kesembuhan alhamdulillah dengan segala macam obat dan disinfektan ke beberapa kabupaten kota di Jabar penyakit ini semakin cepat ditangani.
Lebih cepat sembuh dibanding ketika sapi mengalami gejala dua tiga hari. Tingkat kesembuhan 82 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua IJTI Pengda Jabar Iqwan Sabba Romli mengungkapkan, Jambore Jurnalis TV ini diadakan sebagai wadah pemberian pembekalan bagi jurnalis khususnya yang sering meliput kejadian bencana alam.
“Basic kebencanaan harus dimiliki jurnalis, karena jurnalis akan ada disana (lokasi bencana) untuk mewartakan kebencanaan ke masyarakat,” kata Iqwan.
Menurutnya narasumber dari BPBD sengaja dihadirkan untuk memberikan informasi mengenai langkah awal penanganan bencana. Juga termasuk kehadiran dokter.
“Narasumber dari BPBD untuk langkah awal penanganan awal bencana, dari dokter juga (untuk trauma healing),” ungkapnya.
“Juga soal PMK yang jadi salah satu disaster penyakit yang tidak kasat mata. Sebagai jurnalis apa yang harus disiapkan, diinfokan kepada masyarakat agar paham,” sambung Iqwan.
“Tadi banyak informasi dari semua narsum mengenai seperti apa jurnalis di lapangan saat PMK hal kecil itu yang mungkin dirasakan,” tutup Iqwan.