
beritain.id – Di tengah kekhawatiran orang tua soal kecanduan gim online, hadir sebuah talk show edukatif bertajuk “Mendorong Positive Gaming untuk Generasi Muda: Mabar Asik dan Nyaman untuk Semua”. Talkshow tersebut bertujuan untuk menyoroti sisi positif dari hobi bermain gim.
Talk show yang digelar di SMK Pusat Pendidikan Perhubungan TNI-AD (Pusdikhubad) dihadiri para narasumber dari kalangan psikolog, guru dan dari Garena. Garena sendiri adalah sebuah perusahaan pengembang dan penerbit game online global terkemuka.
Acara ini bukan hanya talkshow, tetapi juga diisi dengan aktivitas edukatif serta main bareng atau mabar gim online. Salah satu cerita menarik datang dari Tri Haryanto, siswa kelas 10 SMK yang mengaku telah bermain game Free Fire sejak duduk di bangku kelas 5 SD.
“Kalau libur bisa main sampai 10 jam. Tapi kalau hari sekolah saya atur waktunya, mainnya sore atau malam setelah belajar,” ujar Tri sambil tersenyum.
Baginya, bermain gim online bukan sekadar hiburan, tapi juga hobi yang membuatnya semangat berkomunikasi dengan teman dan melatih strategi.
“Suka bermain game karena di sana ada adu strategi,” ucapnya.
Meski bermain intens, Tri mengaku hobinya tersebut tidak sampai mengganggu aktivitas belajar.
Melihat potensi para siswa, pihak Garena Indonesia menjadikan SMK Pusdikhubad sebagai pilot project dalam sebuah program bertajuk Garena Good Game. Sebuah program agar anak dapat bermain game dengan aman, nyaman dan seru.
“Kami menyadari betapa penting peran orang tua, peran guru, dan sekolah gitu. Nah, dan tentunya kita ingin menjaga positif gaming experience, kita ingin tetap menjaga ekosistem bagaimana para pemain kami itu bermain dengan aman, nyaman, dan juga seru gitu ya,” ungkap Wijaya Nugroho, Head of Business Development Esports & Community Garena Indonesia.
Menurut Wijaya, beberapa siswa SMK Pusdikhubad memiliki potensi dalam bidang esport. Hal itu dibuktikan dengan lolosnya beberapa siswa Pusdikhubad ke jenjang regional dalam setiap event gim yang digelar oleh Garena.
“Secara potensi, kita lihat juga anak-anak terutama dari SMK Pusdikhubad Cimahi ini juga beberapa kali lolos ke jenjang regional dari event-event kami gitu ya, dari GYC, dari Liga Pelajar. Sehingga, mereka punya banyak potensi yang bisa dicapai dan digali dari sana,” ungkapnya.
Wijaya menjelaskan, Garena sendiri memiliki beberapa program berjenjang yang salah satunya adalah Garena Youth Championship (GYC). Event GYC ini adalah turnamen esport pertama yang mempertimbangkan nilai akademik pelajar.
“Jadi kita pengin seimbang antara hobi dan juga akademiknya,” terangnya.
Sementara itu, Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Mischa Indah Mariska menjelaskan bahwa berdasarkan American Psychiatric Association (APA), seorang anak boleh terpapar gadget dari mulai usia dua tahun. Mesti begitu, lama durasi waktunya tetap harus benar-benar terkontrol oleh orang tua.
“Semisal dalam sehari cuma satu jam, itu harus dibagi beberapa sesi, seiring anak bertambah usia maka kita tambah durasinya tapi tetap lama durasi waktunya tidak bisa dihabiskan dalam sekali gim,” paparnya.
Menurut Mischa, peran orang tua perlu dilibatkan terhadap anak yang hobi bermain gim. Sehingga anak dan orang tua sama-sama berproses dalam mengembangkan potensi sang buah hati.
“Jadi anak bermain gim online ini tidak dilepas sendiri tapi orang tua harus terlibat di dalamnya, biar apa, agar orang tua dapat memantau sejauh mana anak ini bermain gimnya,” terangnya.
SMK Pusdikhub Kota Cimahi sendiri memfasilitasi para siswanya yang gemar bermain gim dalam sebuah wadah ekstrakurikuler resmi.
“Kami ada program ekstra kurikuler untuk gim, sehingga outputnya mereka juga mengikuti kompetensi-kompetensi dan Alhamdulillah ada beberapa siswa yang ikut turnamen dan menjurai,” ujar Kepala SMK Pusdikhub TNI-AD, Budi Laswardi, Selasa (17/6/2025).
Kegiatan ekstra kulikuler gim ini telah berlangsung selama dua tahun dan kini diikuti sekitar 30 siswa yang diberikan waktu bermain secara terstruktur dan terpantau.
“Sebetulnya kurang lebih sudah dua tahun yang lalu kita sudah ada program ekstra kurikuler untuk game ini, dan diikuti oleh terakhir 30 siswa, sekarang masih berjalan,” jelasnya.
Meski demikian, pengawasan dari sekolah menjadi kunci agar hobi bermain gim tidak mengganggu proses belajar-mengajar dan tetap berada dalam koridor tanggung jawab.
“Mereka tidak hanya main game keterusan tetapi juga mereka bisa menggunakan waktu dengan baik. Kapan waktunya main game, kapan waktunya dia istirahat atau mengerjakan kewajiban belajar,” ucapnya. *Agung