beritain.id – Simpul relawan Angin Perubahan (ABAH) Anies Baswedan dan Bale Amin hari kembali menggelar diskusi kebudayaan yang menghadirkan para budayawan dan pegiat seni di Jawa Barat.

Pasangan Capres dan Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), menempatkan kebudayaan sebagai salah satu aspek penting dalam visi misi mereka. Aspek kebudayaan tercantum dalam “Delapan Jalan Perubahan” serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari 28 simpul kesejahteraan.

Sebelumnya, dalam acara “Ngajabarkan Anies Baswedan”, Capres Anies Baswedan menekankan pentingnya aspek kebudayaan dan pendidikan seni sejak dini untuk menghadirkan SDM Indonesia yang berkualitas.

Baca juga:  Jasa Raharja Sumedang Gerak Cepat Santuni Ahli Waris Kecelakaan Tragis di Sumedang

Dalam pandangan Anies Baswedan, budaya adalah investasi yang tak ternilai untuk masa depan. Disisi lain, budaya juga merupakan salah satu soft power dan sarana diplomasi untuk menjadikan Indonesia mendapat respek dan pernghormatan dari negara lain. Selain itu, Capres Anies Baswedan juga berjanji untuk menghadirkan pusat-pusat kebudayaan di berbagai kota di Indonesia.

Budayawan Aat Soeratin yang memberikan pengantar dalam diskusi kebudayaan ini, menyentil keberadaan UU No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang meski sudah mengakomodir hampir semua aspek kebudayaan, namun masih belum cukup memadai dalam implementasinya.

Baca juga:  Nonton Formula E di Sirkuit Ancol, AHY Disambut Akrab Anies Baswedan

Menurut Aat, kehadiran UU Pemajuan Kebudayaan memang menjadi angin segar bagi para budayawan, namun pengejawantahannya harus didukung komitmen pemerintah, sebagai pemangku kepentingan utama di bidang kebudayaan.

Budayawan Taufik Rahzen yang juga didaulat untuk menjadi pemantik diskusi menegaskan pentingnya kebudayaan sebagai daya transformasi keindonesiaan.

Dalama amatan Taufik, Kongres kebudayaan 2023, dipenuhi kegairahan, harapan sekaligus keprihatinan. Kegairahan dalam mendefinisikan kembali situasi semasa, serta harapan memasuki normalitas baru paska pandemi dalam tatanan sosial yang maju dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *