Dana bantuan kemudian digunakan untuk membuat rumah produksi baru dan galeri produk.

Kini produksi pesantren meningkat hingga 40 persen. Omzet juga naik hingga 50 persen atau sekitar Rp 60 juta per bulan.

“Kami mulai produksi menambah produk bantal, guling dan piyama. Produk lain mungkin akan muncul karena kami juga memiliki pusat pelatihan bagi santri dan masyarakat sekitar,” ujarnya.

Baca juga:  Produk Pesantren dan UMKM Jawa Barat Dipamerkan di Mandalika

Menurut Farid, dengan Pelatihan Manajemen melalui Program OPOP sangat membantu, dan dirinya memperoleh banyak ilmu baru terutama dalam mengelola perusahaan secara profesional, meski di lingkungan pesantren.

Baca Juga :  Saat Ditanya Kang Emil, Pedagang Bilang Arus Mudik Bawa Berkah

“Yang sangat dibutuhkan bagi pesantren adalah pelatihan. Sebab disana diberikan cara untuk mengurus izin, sertifikasi halal, hingga mengurus SNI. OPOP memberikan pencerahan,” katanya.

Baca juga:  Ridwan Kamil: Gerakan Pramuka Jadi Wadah Investasi Generasi Muda

Dari pelatihan yang didapatnya, pesantren kini melek manajemen perusahaan, bahkan sudah bisa membuat laporan keuangan yang baik.

Pesantren yang berlokasi di Jalan Horison Kota Bekasi itu, kini memiliki lebih dari 100 orang santri yang terdiri dari duafa dan lansia produktif.

“Kami juga belajar penjualan online, meski tentu persaingan juga ketat,” ungkap Farid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *