Jurnalisme positif mengoreksi kecenderungan itu. Bukan dengan mengarahkan lampu sorot hanya ke kejadian ceria penuh tawa dan tanpa masalah, tetapi dengan memandu “bagaimana” lampu sorot tersebut mesti diarahkan. Jurnalisme positif, tetap menyorot negativitas yang terjadi di masyarakat. Namun, tidak berhenti di situ. Sorotan juga diarahkan ke hal-hal positif yang ada di dalam atau di sekitar negativitas sehingga membangun pengertian bahwa “masih ada cahaya di tengah kegelapan” atau “habis gelap terbitlah terang”.
Jurnalisme positif tidak hanya mendorong jurnalis untuk menyajikan informasi secara komprehensif, menaati kaidah jurnalistik dan Kode Etik Jurnalistik.

Baca juga:  Amanda Lantik Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Garut

Buku ini memberikan gambaran utuh berdasarkan realitas di lapangan dimana jurnalisme positif memandu jurnalis untuk menggali solusi atas masalah, alih-alih hanya membahas masalah; mendorong resolusi konflik, alih-alih hanya berkutat menyoroti penyebab dan drama-drama di tengah konflik; mengedepankan narasi perbaikan untuk masa depan ketimbang hanya mengorek nestapa dan penderitaan.

Baca juga:  Ketua DPC Peradi Bandung Mohamad Ali Nurdin Gelar Berbagi Takzil dan Buka Puasa 100 Anak Yatim

Jurnalisme Positif yang disusun para jurnalis senior ini diharapkan bisa memperkaya khasanah bagi para jurnalis di seluruh tanah air. Dimana karya karya jurnalistik yang berkualitas harus bertujuan untuk kebermanfaatan dan kebaikan bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *