Menurutnya, desa adalah masa depan, tapi syaratnya menguasai digital. Ia pun kembali mencontohkan, produk sabun cuci Mencrang , yang dijual warga desa secara online membuat omset meningkat hingga puluhan juta rupiah per bulan.

 

“Warga desa sekarang jualannya harus online, termasuk produk-produk pertanian yang terbukti hasilnya meningkat,” ungkap Kang Emil.

 

Sebelum disrupsi digital, konsep tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia sulit diwujudkan. Arus urbanisasi pun sulit ditekan karena warga desa menganggap, dari sisi pendapatan dengan tinggal di kota lebih baik dibandingkan di desa.

Baca juga:  Sosialisasi Pasal 74 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Penghapusan Data Ranmor di Kabupaten Cirebon

 

“Sebelum disrupsi digital konsep tersebut sulit diwujudkan, maka banyak yang hijrah karena menganggap hidup di kota lebih baik,” ujar Kang Emil.

 

Namun di era digital saat ini, konsep tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia relevan dan mudah dilakukan. Apalagi warga desa kini umumnya juga memiliki telepon pintar yang bisa dijadikan alat berjualan.

Baca juga:  KKJ-PKJB 2023 Atalia: Helaran Wujud Kreativitas Masyarakat Jawa Barat

 

“HP ( handphone ) itu sekarang bukan alat komunikasi saja, melainkan sudah menjadi alat produksi, asal ada kemauan dan dukungan dari kadesnya,” tutur Kang Emil.

 

Selepas acara peresmian Kantor Desa Cinta, Kang Emil bersama Bupati Garut dan Kapolda Jabar menyerahkan ratusan paket sembako kepada anak yatim dan jompo se-Kecamatan Karangtengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *