Saat ini, penjualan masih dilakukan di antara komunitas pesantren dan sekolah. Ia berharap produknya bisa dijual ke supermarket.

Ummi berharap ada bantuan lanjut dari pemerintah untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agas bisa masuk pasar ritel.

Ia mengaku sanggup meningkatkan produksi karena peralatan sudah modern. Saat ini saja sudah mampu memproduksi sekitar 200 kotak sabun herbal per bulannya.

Selain sabun herbal, Pesantren At Taufiq juga menjual obat herbal. Selama ini di lahan pesantren ditanami lebih dari 130 jenis pohon herbal yang menjadi bahan baku sabun dan sekaligus obat herbal antara lain daun bidara, dan bunga telang.

Baca juga:  Kondisi Kesehatan Baik, Sang Legenda Tjetjep Heriyana Berangkat Menuju Mandalika

Inilah yang kini menjadi produk sampingan dari Pesantren At Taufiq, bahkan kini sudah merambah skin care herbal, dan pendidikan pelatihan komputer bagi masyarakat sekitar..

Hal yang sama disampaikan Direktur Produksi dan Pemasaran Sabun Pesantren Pink 03 Kabupaten Bekasi Dedi Yunus, yang memproduksi sabun bermerek King Clink.

Baca juga:  Bey Machmudin Minta Penanganan Gempa Sumedang Fokus di RSUD

“Kami mempunyai produk sabun cair, yang selama ini untuk kalangan pesantren. Sebab belum ada izin BPOM, jadi belum bisa dipasarkan lebih luas,” tutur Dedi.

Saat ini pasar hanya di sekitar pesantren termasuk santri dan keluarganya. Santri di Pesantren Pink 03 saat ini mencapai 2.700 orang setingkat sekolah dasar hingga SMA.

Dedi berharap kemudahan mendapatkan bahan baku khususnya bahan kimia sebagai bahan pembuatan sabun. Pasalnya sejak pandemi, mereka kesulitan mendapatkan bahan baku tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *